Senin, 29 Juni 2009

Kiat-kiat Memilih Benih Udang Windu

Benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan budidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak. Lahan budidaya yang begitu ideal yang disertai pengelolaan yang sangat intensif akan sia-sia jika tanpa diimbangi dengan pemilihan benih yang baik. Dengan demikian teknik/prosedur memilih benih udang windu yang balk harus banyak diketahui secara benar oleh pembudidaya atau petani tambak
Petani tambak kebanyakan mengandalkan feeling dalam memilih benih udang yang akan ditebar, sehingga tidak ada ukuran-ukuran yang secara kualitatif dan kuantitatif bisa dipakai sebagai acuan dalam membuat keputusan yang standar antara petani satu dengan yang lainnya. Pada tulisan ini akan mencoba merumuskan secara sederhana beberapa tahap dalam memilih benih udang windu yang secara teknis memungkinkan dilakukan oleh kebanyakan petani. Tahap pertama: Mengamati penampilan benih secara langsung di bak produksi benih. Tahap kedua: Mengamati penampilan sampel benih di waskom putih dan beaker glass. Tahap ketiga: Melakukan uji daya tahan dengan test formalin shock salinitas. Tahap keempat: Melakukan pengiriman sampel benih terpilih ke laboratorium uji.

PRODUKSI DAN KUALITAS BENIH
Banyaknya jumlah pembenih udang windu, menyebabkan tingginya variasi benih yang diproduksi. Faktoryang paling berpengaruh adalah rendahnya harga benur, sehingga pembenih berusaha sehemat mungkin dalam perhitungan biaya opersionalnya. Pakan buatan maupun artemia sebagi pakan alami secara keseluruhan lebih dari 60 % biaya operasional, sehingga disinilah pembenih berusaha banyak menghemat dengan menurunkan standar kualitas pakan atau dosis penggunaannya.
Dengan kondisi seperti itu, maka kualitas benih akan menjadi sangat variatif. Petani tambak harus jeli dalam memilih benih yang baik. Lebih baik diarahkan pada benih yang baik walaupun harga relatif lebih mahal, daripada mendapatkan benih lebih murah, tetapi kualitasnya kurang baik.

EMPAT TAHAP MEMILIH BENIH UDANG WINDU
Tahapan pemilihan benih udang windu berupa benur dapat disusun berdasar tingkat kesederhanaan dalam melakukan pengamatan di masing-masing tahapan. Pada dasarnya dapat diba menjadi 4 tahap berikut:

1. Mengamati penampilan benih secara langsung di bak produksi benih

Dengan melihat langsung kondisi benih di bak pemeliharaan, maka akan menambah keyakinan terhadap kualitas benih yang akan dipilih. Benih yang baik pasti berada pada media pemeliharaan yang kondisinya baik pula. Dengan melihat langsung ke bak pemeliharaan akan tahu bagaimana kondisi kualitas airnya dan bagaimana kondisi benihnya di dalam bak. Pada tahap ini yang perlu diamati adalah ukuran, jumlah, gerakan dan kondisi air media.

Ukuran: seragam, relatif panjang (>1,0 cm), stadia >PL12, uropoda telah mengembang (mengalami pigmentasi), banyak menempel di dinding. Benih udang windu pada stadia >PL12, organ telah berkembang lengkap dan telah mempunyai daya adaptasi yang relatif kuat terhadap lingkungan baru tambak (Anonim,1999-a).

Jumlah : mencukupi kebutuhan, populasi di bak pemeliharaan termasuk padat (menunjukkan SR tinggi). Kriteria mencukupi kebutuhan diusahakan bisa dipenuhi dari satu sumber, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya variasi pertumbuhan udang di tambaknya. SR yang tinggi menunjukkan bahwa pada masa proses produksi benih tidak mengalami kendala yang besar baik dari sisi lingkungan maupun penyakit.

Gerakan : aktif, resposifterhadap arah cahaya (bersifat fototaksis positif), jika diberi pakan menunjukkan respon yang sangat bagus (mendatangi di daerah yang banyak pakan). Benih yang sehat akan banyak bergerombol dengan gerakan yang atraktif sekali di daerah dekat permukaan air pada posisi arah datangnya cahaya. Untuk melihat respon terhadap pakan, aerasi dimatikan sebentar lalu ditabur pakan buatan di permukaan air, benih akan banyak berkumpul mendekati pakan (Anonim,1999-b).

Kondisi Air Media Pemeliharaan : plankton hidup, masir, bersih dan tidak berbau busuk, tidak banyak kotoran yang menempel baik di dinding maupun di dasar bak. Banyaknya kotoran di dinding atau dasar bak menunjukkan pengelolaan yang kurang baik. Ada kemungkinan manajemen pakan yang tidak tepat sesuai kebutuhan atau manajemen air yang kurang baik. Jika hal ini terjadi sebaiknya dihindari (benih tidak dipilih).

Secara umum melihat kualitas benih dengan melihat langsung di bak pemeliharaan relatif lebih mudah dibanding dengan hanya melihat sampel benih saja yang dibawakan oleh seseorang. Pengamatan skala sampel yang akan dijelaskan pada tahap kedua hingga keempat akan dilakukan hanya bila kondisi benih memang kelihatan bagus pada pengamatan tahap pertama ini.

3. Melakukan uji daya tahan dengan test formalin dan shock salinitas

Setelah lolos pada pengamatan tahap pertama dan kedua, perlu dilakukan pengamatan tahap ketiga yaitu uji daya tahan benih. Uji daya tahan/stress test ini yang mudah dilakukan di lapangan adalah dengan perendaman formalin dan shock salinitas (Sumarwan, 2003).
Uji daya tahan terhadap formalin ini penting dilakukan karena nanti saat panen benur harus dilakukan skrinning secara total sebelum dipacking. Jika pada uji daya tahan terhadap formalin dengan skala sampel menunjukkan SR yang rendah (misalnya kurang dari 90%), maka akan sangat beresiko pada skrinning masalnya. Karena dosis dan lama waktu perendaman pada skrinning masal sama dengan pada saat uji daya tahannya. Pada test formalin dilakukan perendaman benih dalam larutan formalin selama 30 menit, kemudian dihitung kelangsungan hidupnya (SR). Benih dianggap baik jika SR pada test formalin mencapai > 95%. Benih yang terinfeksi virus atau dalam kondisi lemah tidak akan kuat melalui tahap skrinning ini, sehingga diharapkan tidak akan menularkan penyakit saat dibudidayakan di tambak.
Pada uji daya tahan dengan shock salinitas, sampel benih dari air asin dimasukkan ke dalam air tawar selama 15 menit, kemudian dipindahkan ke air asin lagi selama 30 menit baru dihitung SR. Benih dianggap baik jika SR mencapai > 90%. Shock salinitas ini cenderung untuk menguji kekuatan benih, walaupun benih kelihatan bagus tapi jika daya tahannya lemah pasti akan banyak yang mati ketika direndam air tawar secara tiba-tiba.

4. Melakukan pengiriman sampel benih terpilih ke laboratorium uji

Pada pengamatan benih secara laboratorium kebanyakan petani tambak tidak mampu melakukan sendiri, sehingga bisa memanfaatkan jasa laboratorium uji terdekat. Pada pengamatan laboratorium pada umumnya dilakukan pengamatan secara mikroskopis terutama terhadap kelengkapan organ, nekrosis, saluran pencernaan, parasit, pigmentasi dan lain-lain. Selain itu untuk mendeteksi inveksi virus dilakukan pengamatan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). PCR terutama diarahkan untuk mendeteksi jenis virus yang berbahaya misalnya SEMBV.
Pengamatan secara laboratorium bertujuan untuk memberikan data secara kualitatif maupun kuantitatif yang secara standar nasional dan atau internasional telah diakui keakuratannya. Namun demikian hasil uji laboratoriumjustru hanya bersifat melengkapi untuk menunjang pengambilan keputusan pemilihan benih sebar setelah melewati tahap pertama hingga ketiga diatas.
Setelah mendapatkan semua data pengamatan benih dan memutuskan mengambil salah satu sumber benih yang terpercaya, maka tahap berikutnya memanen benih. Pada saat memanen benih ini, maka harus dilakukan pemilahan. Benih yang dipacking dipastikan yang telah lolos pada perendaman formalin 200 ppm selama 30 menit. Jika terjadi perbedaan salinitas antara air tambak dengan air di bak pemeliharaan benih, maka perlu diupayakan untuk disesuaikan salinitasnya secara perlahan-lahan.

Sumber : Media Budidaya Air Payau Nomor 4 Tahun 2004Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara

http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/kiat-kiat-memilih-benih-udang-windu/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave message :